Setelah vakum sejak album Ancient Dreams in a Modern Land (2021), Marina (dulunya dikenal sebagai Marina and the Diamonds) kembali bersinar lewat karya terbarunya, Princess of Power. Dirilis pada 6 Juni 2025, album ini menjadi simbol transformasi musikal dan emosionalnya, penuh dengan semangat pemberdayaan, eksplorasi identitas, dan feminisme modern.
Album ini hadir bertepatan dengan WorldPride 2025, dan Marina menegaskan posisi dirinya sebagai ikon queer dan suara pemberdayaan yang tak pernah kehilangan estetika artistiknya.
Tema dan Konsep Album
Feminisme & Mitologi Diri
Princess of Power bukan sekadar judul — ia adalah pernyataan. Terinspirasi dari tokoh-tokoh perempuan tangguh dalam sejarah, mitologi, dan budaya pop (seperti She-Ra dan Artemis), Marina mengemas pesannya dalam lagu-lagu yang mengusung tema pemberdayaan perempuan, kontrol tubuh, dan kemerdekaan emosional.
Eksplorasi Identitas & Kekuatan Diri
Album ini juga menjadi panggung bagi Marina untuk menceritakan transformasi pribadinya — dari penyanyi pop indie menjadi perempuan dewasa yang berdamai dengan masa lalunya, spiritualitasnya, dan kemanusiaannya.
Gaya Musik dan Produksi
Marina kembali ke akar synth-pop dengan lapisan elektro-glam, nuansa ’80-an, dan harmoni vokal khasnya. Ia menggandeng produser seperti Jack Antonoff dan Shura untuk menciptakan soundscape yang futuristik namun emosional.
Beberapa trek kunci:
-
“Crystals in My Blood” – balada elektronik spiritual tentang trauma dan penyembuhan.
-
“Venus Is Tired” – kritik sosial terhadap beban perempuan dalam masyarakat patriarkal.
-
“No Crown, Just Fire” – anthem kebebasan dari relasi toksik.
-
“Princess of Power” – lagu titel yang penuh semangat, menjadi mars kebangkitan perempuan.
Visual dan Estetika
Dalam klip-klip video dan penampilan panggungnya, Marina menyajikan visual bertema mitologi futuristik: armor kristal, latar galaksi, dan cahaya neon dominan merah muda serta ungu. Ia menggambarkan tokoh “putri kekuatan” yang bukan menunggu diselamatkan, melainkan menyelamatkan dirinya sendiri.
Lirik yang Tajam dan Emosional
Marina selalu dikenal sebagai penulis lirik yang puitis namun lugas. Di album ini, kekuatan liriknya semakin terasa:
“I built my throne from broken hearts / No prince, just stars to guide me.”
“They called me soft / But silk can strangle too.”
Kalimat-kalimat seperti ini menggambarkan pergolakan batin yang dibalut metafora kuat dan estetis.
Respon dan Antusiasme Penggemar
Album ini langsung menjadi trending di Spotify dan Apple Music pada hari pertama rilisnya, dan mendapatkan banyak pujian dari kritikus musik untuk kedalaman tematik dan keberanian musikalnya. Banyak menyebut Princess of Power sebagai salah satu karya paling matang dari Marina.
Penggemar lama menyambutnya sebagai “kembalinya sang ratu pop alternatif”, sementara pendengar baru mulai mengenalnya lewat lagu-lagu powerful yang resonan dengan isu-isu kontemporer.
Kesimpulan
Princess of Power bukan hanya album musik, tetapi juga sebuah manifesto kekuatan feminin modern — spiritual, sensual, dan tak tergoyahkan. Marina berhasil menjembatani pop dan puisi, suara hati dan suara perlawanan.
Dengan musik yang kuat, visual yang ikonik, dan pesan yang relevan, Princess of Power pantas menjadi salah satu album paling penting dan menginspirasi di tahun 2025.